cin(T)a...

Kamis, 28 Oktober 2010

Hai, apa kabar?

Ini adalah tulisan kedua saya. Kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman dan pengamatan saya pada acara nonton bareng film cin(T)a di kampus (udah lama sih filmya, hanya karna baru nonton jadi di post aja). Nonton bareng ini diadakan oleh program pasca sarjana Antropologi, setelah nonton bareng diadakan diskusi mengenai film ini. Acara ini diadakan untuk memperingati sumpah pemuda. Sebelum menonton film para pesertanya diminta untuk mengheningkan cipta, mengingat negara tercinta ini sedang terkena musibah yang bertubi-tubi #prayforIndonesia. Judul acaranya : ‘Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa Persatuan Dimata Kaum Muda; Keberagaman Beragama’.

Acaranya seru, filmnya bagus, diskusinya menarik, jadi kalau diukur tingkat kesuksesan, saya nilai acara ini sukses. Selamat untuk para panitia.

Sebenarnya, yang ingin saya ceritakan adalah filmnya. Banyak hal-hal menarik yang saya lihat dari film ini. Muali dari simbol-simbol yang ditunjukkan oleh film ini, dan pastinya dialognya.

Di film ini, digambarkan bagaimana perbedaan agama bukanlah halangan untuk berhubungan dengan orang yang berbeda. Sebenarnya bukan hanya agama yang ditunjukkan oleh film ini. Ada isu ras dan suku juga di film ini, stereotipe juga (salah satunya, perempuan cantik = bodoh), nasionalisme dengan lambang garuda, yang pasti pluralisme dan sebagainya.

Film ini, menyadarkan saya bahwa dalam hidup manusia punya banyak pilihan. Jangan mencela orang lain sebelum liat diri sendiri (ngena banget nih), apakah saya memang lebih baik dari yang lainnya. Simbol semut difilm ini, menyadarkan saya kalau manusia itu bagaikan semut kecil didunia ini, manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan alam semesta ini. Jadi, hargailah dunia ini, sekecil apapun perbuatan kita, pastinya akan mempengaruhi alam ini. Dengan tidak membuang sampah sembarangan kita juga ikut membantu menjaga keseimbangan alam.

Kembali ke film. Salah satu adegan yang saya suka adalah ketika pemeran utama perempuan dan laki-laki bermain “mangkok putar”(gak tau namanya). Pada adegan tersebut mereka beradu argumen tentang perpecahan antar agama yang terjadi diluar negeri, pembicaraan iini berhenti ketika sang perempuan berkata ‘gak usah nambah konflik deh disini’. Kemudian, adegan pada saat si pria dan perempuan saling ejek nama mereka. Perempuan : ‘bapak lu bego deh, udah tau lu cina kenapa lu dikasih nama cina deh, orang-orang juga pasti tau kalo lu cina’. Si pria ‘bapak lu yang bego udah tau lu perempuan kenapa dikasih nama perempuan’. Hahahahaha...ini lucu.

Film ini juga berpesan kalau sebenarnya semua agama itu sama, sama-sama mengajarkan kebaikan. Hanya saja setiap agama punya cara masing-masing untuk menyembah Tuhan. Nah, ini juga yang ternyata menurut sang sutradara adalah inspirasinya untuk membuat film ini, pertanyaan ‘mengapa tuhan menciptakan perbedaan tetapi Yang Maha Kuasa hanya ingin disembah dengan satu cara’ menjadi semangat sang sutradara. Sebenarnya yang manusia inginkan adalah perdamaian, tetapi karena manusia mempunyai ego yang dominan dalam diri mereka, membuat mereka menciptakan kerusuhan yang sebenarnya bukan mereka inginkan.

Rangkuman singkat dari film ini menurut saya adalah saling menghargai dan menghormati untuk perdamaian. Selamat hari sumpah pemuda! Semoga pemuda Indonesia bisa menciptakan perdamaian di Negara ini dan di dunia. Amiiiin...

Cups, chika

0 komentar:

Posting Komentar